Selasa, 03 April 2018

Peritual Tewas Tenggelam di Sungai Gajahwong Gembira Loka Yogyakarta

Sesosok mayat ditemukan tewas terbawa arus Sungai Gajahwong tepatnya di utara jembatan Gembira Loka Yogyakarta, Jumat (09/03/2018). Saat ditemukan korban yang diketahui bernama Andi Hendro Prabowo (31) warga Sidoarjo Jawa Timur (Jatim) ini dalam kondisi tak berbusana. Diduga korban yang gemar melakukan ritual dan laku batin ini tewas akibat terpeleset saat hendak mandi di Gajahwong
Seperti dikatakan Kapolsekta Umbulharjo Kompol Sutikno, tewasnya korban pertama kali diketahui Supartini (36) warga Sidobali Muja-muju Umbulharjo Yogyakarta. Siang tadi saat duduk di depan rumahnya yang berada tak jauh dari Sungai Gajahwong ia melihat sesosok benda mencurigakan terapung dan terbawa arus kali.
Perempuan ini kemudian menuju ke sungai dan ternyata benda yang dilihatnya tersebut merupakan sesosok tubuh manusia dalam kondisi tertelungkup tanpa pakaian. Ia segera memberitahu tetangganya bernama Bekti Setyo (40) yang kemudian menepikan tubuh korban ke bantaran sungai.
“Anggota yang mendapat informasi langsung menuju ke lokasi. Dari pemeriksaan awal dan visum luar oleh anggota dan tim kesehatan tak ditemukan adanya tanda kekerasan, dugaan sementara korban meninggal dunia karena tenggelam,” ungkap Sutikno.
Dikatakannya korban selama lima terakhir terakhir ini tidur di rumah Bekti Setyo. Sebelumnya pemuda bertato tersebut bertemu dengan Bekti Setyo saat ziarah di makam Syeh Maulana Maghribi kawasan Parangtritis Bantul.
Ketika itu korban mengaku usai menjalani operasi patah kaki di RS Panembahan Senopati setelah terjatuh saat melakukan ritual di Gunung Kelir Pleret Bantul. Pasca operasi korban harus menjalani kontrol rutin di RS Panembahan Senopati sehingga ia belum berkeinginan untuk kembali di Sidoarjo.
Korban saat itu meminta untuk tinggal beberapa hari di rumah Bekti Setyo yang keseharian bekerja sebagai penambang pasir Sungai Gajahwong dan permintaan itu diizinkan. Selama menumpang di rumah tersebut korban tidur di teras depan.
“Korban diduga meninggal dunia akibat terpeleset saat mandi di sungai lalu tenggelam. Kondisi korban yang patah kaki membuatnya sulit untuk menyelamatkan diri saat berada di sungai,” ungkapnya. 

Berada di Semak Belukar, Ini Dia Candi Ijo Yogyakarta Yoni Jumbo Terbesar Ketiga di Yogya yang Ukurannya Bikin Mlongo!

Tersembunyi di antara rongsokan truk yang dibelit semak belukar, sebuah Yoni berukuran jumbo ternyata ada di gudang alat berat Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Kementerian PUPR.

Yoni yang menjadi simbol Siwaisme ini merupakan ketiga terbesar yang ditemukan di Yogyakarta. Besarnya yoni berbahan batu andesit utuh ini hampir seukuran kepala truk engkel.

Yoni bercerat indah di bagian penyangganya ini berada di lahan gudang alat berat Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII Kementerian PUPR di Kalitirto, Berbah, Sleman.

Masyarakat sekitar mengenal lahan ini sebagai gudang PU. Sejumlah pegiat Komunitas Kandang Kebo membersihkan semak belukar yang menutupi Yoni itu, Senin (19/3/2018) siang.

Kini, Yoni yang jadi perlambang Parwati, istri Siwa itu bisa disaksikan secara utuh dimensi maupun sisa-sisa keindahannya. Lokasi sekitar yang jadi tempat parkir berderet truk PU tetap dibiarkan penuh semak belukar.

"Saya kira ini termasuk yoni berukuran paling besar selain yang di Candi Prambanan dan Candi Ijo," kata Transpiosa Riomanda, yang menahbiskan diri sebagai antropolog jalan-jalan.

Mas Cuk, demikian biasa ia disapa, sudah malang melintang blusukan ke lokasi-lokasi peninggalan masa kuno di Pulau Jawa maupun luar Jawa.

Ia membandingkan Yoni jumbo PU ini dengan Yoni raksasa bersegidelapan di Sedah, Japanan, Mojowarno, Jombang, dan yoni Klinterejo di Mojokerto.

"Ukurannya sama-sama besar. Bedanya yang di Sedah dan Klinterejo itu diduga tanda batas wilayah kota Majapahit," lanjut Mas Cuk kepada Tribunjogja.com.

Sayang, riwayat Yoni di lahan PU ini minim catatan. Bambang, salah seorang asisten manajer di gudang PUPR mengaku buta cerita karena baru dua tahun bertugas di tempat ini.

Pengukuran yang dilakukan aktivis Komunitas Kandang Kebo, Yoni ini berukuran tinggi 171 cm, panjang dan lebar 131x132 cm. "Bobot saya kira lebih dari satu ton," kata Bambang.

Cahyo, petugas keamanan gudang juga sama. Benda itu sudah ada di lokasi ketika ia mulai bekerja di instalasi pemerintah ini.

"Yang tahu mungkin sudah pensiun, sudah sepuh banget, atau barangkali malah sudah meninggal," kata Cahyo kepada Tribunjogja.com.

Secara penampilan fisik, kondisi Yoni jumbo ini relatif bagus. Namun bagian kepala naga atau ular sendok (kobra) dan kura-kura penyangga cerat, pecah dan tidak ditemukan lagi.

Padahal dilihat dari kehalusan tatahan dan ornamen di bagian yang tersisa, kepala naga dan kura-kura itu kemungkinan sangat indah.

Di bagian siku kiri depan, batu aslinya juga terlihat sudah diganti dengan cetakan pasir semenm Sedangkan tubuh Yoni termasuk relief sulur-sulurnya berbalur adonan semen tipis.

Bagian penyangga cerat menurut Mas Cuk memiliki makna simbolik. "Kura-kura itu simbol perantara mikrokosmos dan makrokosmos, dunia kecil dan besar," terang Mas Cuk seusai aksi pembersihan semak penutup Yoni.

Keselarasan dua dunia itu ada dalam kosmologi Hindu (Siwa), dan juga dikenal dalam Buddha. Yoni sebagai perlambang Parwati, biasanya selalu dilengkapi Lingga (phallus) sebagai simbol Siwa.

Tidak diketahui di mana Lingga pasangan Yoni jumbo, seiring dengan gelapnya asal usul benda ini. Namun dari cara perletakannya yang diberi alas tumpukan bata, Yoni ini diduga pindahan dari lokasi lain.

Jika asal usul Yoni jumbo di gudang PU ini diketahui, kemungkinan ada cerita besar di baliknya. Yoni berukuran super seperti ini biasanya diletakkan di dalam candi utama Siwa.

Persis seperti di Candi Siwa Prambanan dan Candi Ijo. Di Candi Ijo, Yoni jumbonya masih utuh meski tidak berbahan batu andesit solid.

"Di Candi Ijo Yogyakarta, yoni besar itu knock-down. Ada empat lapisan batu penyusunnya," kata Teddy Pitrasari, pegiat Komunitas Kandang Kebo.

Sedangkan Yoni terbesar yang pernah ditemukan di wilayah Yogyakarta berasal dari Polangan, Sumberharjo, Prambanan.

Yoni bercerat indah dan masih utuh yang ditemukan 2 Agustus 2010 oleh tim BPCB DIY disebut berbobot tiga ton.